Kastil dan taman di Kanazawa sangat tradisional namun indah dan terawat. Sedangkan museum dan stasiunnya unik dan modern.
Impresi saya setelah ke Kanazawa City adalah kota ini, keren. Benar-benar tempat wisata deh ini. Bus dilengkapi dengan GPS yang bisa dilihat lokasinya dari halte. Lokasi wisata tergambar jelas di peta kota dan jalur bus. Kastilnya rapi dan cantik. Tamannya hijau dan asri. Terdapat kota kuno dengan rumah-rumah tradisional Jepang zaman dulu. Stasiunnya modern. Kami padahal cuma sehari ke kota ini. Yang membuat kami agak menyesal karena tidak sempat menyusuri situs yang betebaran di peta jalur bus tadi.

Sayangnya, untuk mencapai Kanazawa dari daerah Aichi, ataupun Tokyo, cukup butuh perjuangan, apalagi untuk budget traveler seperti kami. Dengan tiket 18 kippu kami hanya bisa memakai kereta lokal yang sangat memakan waktu. Melewati daerah Nagano dan Toyama, kereta ini lambat. Kami waktu itu berangkat dari Matsumoto sore hari, sampai di Kanazawa sekitar jam 9 malam.
Kereta JR lokal yang kami tumpangi interiornya tidak pernah kami lihat di Aichi ataupun Tokyo. Sekarang kalau tidak salah, jalur ini sudah bukan milik JR lagi. Sehingga, kalau mau ke Kanazawa pakai JR lokal harus via Maibara bukan via Matsumoto. Atau via Shinkansen Hokuriku.
Stasiun Kanazawa, superb. Besar dan tampak modern. Eh tadi udah bilang gitu yak…
Saking kerennya, kami terlalu banyak menghabiskan waktu disini. Bukannya main ke kastil atau taman mana gitu.



Pilar gerbang utamanya aja keren. Sangat ikonik seperti tampak pada gambar di bawah. Kalau googling Kanazawa Station pasti ketemunya gambar pilar merah (lupa namanya) tersebut.
Stasiun ini sangat luas dan megah. Sampai-sampai kami menghabiskan waktu foto-foto dan ritual stasiun disini. Eh, tadi udah bilang gitu juga ya.
Saking luasnya kami heran, soalnya stasiunnya agak sepi dan hampa. Nggak seperti yang dibayangkan. Soalnya kan terkenal sebagai kota wisata banget. Mungkin karena belum ada Shinkansen waktu itu.



Setelah makan siang mencicipi menu Jepang sashimi-sashimian yang lebih enak dan lebih murah dibanding kota lain, kami pun melancong ke Kanazawa Castle.
Kami diturunkan di halte di bawah kastel, seperti taman begitu. Agak bingung juga cari pintu depannya kastil. Harus lewat jalan setapak memutar ke arah seberang. Setidaknya itu karena kami salah jalan karena ternyata ada jalur yang lebih cepat.
Jalan setapaknya keren juga. Hijau dan asri. Hari itu agak hujan gerimis. Jadi mungkin menambah kesan asrinya. Oh ya, kalau jalan-jalan jangan lupa bawa payung ya…




Setelah sepuluh menit berjalan memutar, sampai juga kami di area yang waktu itu kami kira pintu depan kastil. Isinya pematang luaaas… Kayak lapangan bola gitu. Dengan salju disana sini.


Kami pun mendatangi kastil di ujung cakrawala tersebut. Agak berlari-lari sambil nutupin kamera juga, soalnya hujan. Sampai disana, ternyata itu cuma gerbang. Yap, yang ada di foto itu gerbangnya… Bisa masuk kesana. Gratis. Gerbang doang soalnya sih…
Isinya, sama seperti stasiun dan pematang tadi. Luaas dan hampaa…


Setelah hujan agak reda kami melanjutkan eksplorasi. Lumayan luas juga kompleks kastil ini. Lagi ada renovasi juga sepertinya. Supaya menghemat waktu, kami langsung mencari menu utama hari ini, gedung utama Kanazawa Castle.
Masuk ke kompleks kastil gratis. Namun, masuk ke gedungnya bayar. Tiketnya termasuk juga tiket ke taman Kenrokuen yang ada di seberang kompleks kastil.

Dan ini bukan pintu depan juga rupanya. Harus mutar lagi kesana.
Kastil ini bentuknya memanjang. Seperti lorong besar. Kayunya tampak mengkilat kokoh, seolah masih baru gitu. Isi dalam kastil tidak banyak. Beberapa model kastil, contoh kayu penyusun kastil, dan contoh batu. Sisanya kosong dan luass hampa. Namun jangan salah, menurut saya worthed it juga masuk sini kok.




Selain gerbang dan bangunan utama, ada banyak juga bangunan lain di kompleks kastil. Cuma kami tidak sempat menyusuri satu per satu. Namun, kompleks kastilnya pun cukup bagus juga. Elegan gitu…
Menyusuri gerbang kastil yang berlawanan dengan gerbang ketika kami masuk tadi, kami sampai di gerbang depan. Tepat di atas halte bus yang kami foto dari bawah tadi. Gerbang ini yang menjadi gambar teratas artikel ini.
Oh ya. Di Kanazawa Castle ini kami menemukan cara foto berdua tanpa bantuan orang dan tanpa selfie sehingga tetap bisa mencakup latar belakang yang luas. Yaitu… Panorama… Jadi, satu orang berdiri ketika orang yang lain memegang iPhone mode panorama. Sampai di tengah, cepat-cepat gantian. Jangan lupa lari dengan arah berlawanan dengan arah pergeseran panorama kamera. Jadi deh seperti di bawah ini…

Tepat di depan gerbang taman Kenrokuen. Taman ini seperti layaknya taman-taman di Jepang, luar biasa indahnya. Walaupun ketika itu musim dingin, yang artinya pohon-pohon tinggal tulangnya saja, taman Kenrokuen ini pun tampak jauh superior dari taman-taman yang pernah saya lihat di Bandung.





Setelah cukup capek memutar-mutar taman tersebut, kami pun memutuskan pindah ke situs wisata lain. Mumpung masih ada waktu, pikir kami. Padahal udah agak sore jam 4an gitu. Mana bingung cara balik ke stasiun gimana pula. Terlalu banyak jalur bus yang lewat daerah kastil ini rupanya, kami sempat nyasar, mencari halte bus yang benar.
Satu halte yang kami temukan setelah jalan memutar satu dua kilo adalah halte di dekat Museum Seni Kontemporer Kanazawa. Seperti namanya, museum ini aneh. Kami tidak masuk sih, karena sudah tutup. Cuma liat aja wahana di depannya ini: imi wakannai. Nggak paham lagi.


Target selanjutnya perjalanan kami adalah Amanohashidate, sebuah pantai di utara Kyoto yang memiliki beting alias gosong alias sandbar berbentuk strip dari sisi pantai satu ke pantai seberang. Sebelum itu, kami harus menginap di Kota Tsuruga malam ini. Tiga jam perjalanan dari Kanazawa.
Namun, kami kok nggak rela meninggalkan Kanazawa begitu saja. Akhirnya kami memaksanakan untuk menjamahi satu tempat lagi. Saya lupa namanya apa. Kami pilih satu wisata yang dekat stasiun aja. Biar bisa jalan kaki kesana.
Isinya adalah kota kuno, dengan rumah-rumah Jepang seperti di drama-drama samurai itu. Waktu itu sudah sore, maklum musim dingin senjanya cepat, jadi kami cuma bisa lewat di gang-gangnya saja. Rumah-rumah kiri kanan ini ada yang isinya toko, restoran, dan banyak yg rumah beneran.




Salah satu yang kami masuki adalah toko porselin super mahal. Satu barangnya, kecil, bisa sebesar beasiswa satu bulan. Sayang, nggak boleh memotret di dalam.
Dua jam berjalan dari perumahan kuno ini ke stasiun, sekitar jam 7 kami pun cabut ke Tsuruga. Cuma untuk menginap saja. Dan hari kedua selesai.
Selanjutnya, Amanohashidate, Kyoto.
Liburan Tahun Baru 2015: Hokuriku~Chugoku:
Artikel ini adalah seri dari petualangan 18 kippu ambisius selama 7 hari kami pada awal tahun 2015. Daerah tujuan utama adalah kota-kota di pantai barat Jepang.
Rencana perjalanan ditulis pada artikel utama. Perjalanan akhirnya dieksekusi dari tanggal 28/12/2014 ke 04/01/2015, dengan detail certia masing-masing situs pada artikel terpisah berikut:
- Matsumoto Castle
- Kanazawa: Kastil Bersalju, Taman Kenroku, Museum Aneh, dan Stasiun Modern
- Gosong Amanohashidate dan Pagoda Salju
- Wisata di dalam Kereta Akamatsu, Kyoto Tango Railway
- Tottori Sand Dune, Gurun di Pinggir Laut
- Tottori Sand Dune Museum ala Rusia
- JR Imbi Line, Perjalanan Es dari Tottori ke Hiroshima
- Hiroshima Shukkeien Park
- Pemandangan Indah Pulau Miyajima
- Museum Tragedi, Hiroshima Atomic Museum
- Kota Hiroshima, Kastil, dan Taman Perdamaian
Notes: walaupun kami dulu tidak lewat jalur persis seperti di Google Map di atas (belum ada Shinkansen waktu itu), jalur kereta yang kami lewati kurang lebih sama.
Tinggalkan Balasan