• Menu
  • Menu

Kawaguchi-ko: Melihat Gunung Fuji yang Tertutup Matahari dari Prefektur Tak Bergunung

Jatah akhir pekan pada minggu pertama November saya pakai jalan-jalan mendekati Gunung Fuji. Danau Kawaguchi adalah tujuan kami. Danau ini terletak di kota Fujikawaguchiko, Prefektur Yamanashi.

Jatah akhir pekan pada minggu pertama November saya pakai jalan-jalan mendekati Gunung Fuji. Senin Empat Oktober kami berangkat. Kenapa hari Senin? Waktu itu hari libur nasional di Jepang, nggak tahu kenapa. Oh ya, bagi yang belum tahu, Gunung Fuji adalah ikon paling terkenal milik Jepang. Bisa googling di link ini. Akan tetapi, tujuan kami waktu itu bukanlah gunungnya, hanya sekadar momiji-an. Momiji juga bisa di googling lho, nih linknya. Ini kawaguchi-ko kalau mau tahu sok!lagi mode males nih

Di pinggir Danau Kawaguchi
Di pinggir Danau Kawaguchi

Sederhananya, momiji adalah nama pohon. Maple, bahasa inggrisnya. Pohon ini spesial karena saat musim gugur, sebelum daunnya berguguran, ini pohon bakal mengganti warna daunnya menjadi merah. Dengan kata lain, momiji-an adalah melihat pemandangan daun merah. Di Indonesia, daunnya hijau semua sih.

Nah, 河口湖 atau kawaguchi-ko atau Danau Kawaguchi adalah tujuan kami. Danau ini terletak di kota Fujikawaguchiko, Prefektur Tak Bergunung. Disini kita bisa melihat pegunungan bermomiji, danau, dan gunung fuji. Setidaknya, itu katanya. Danau ini letaknya di Yamanashi Prefecture, yang kalau di Indonesiakan jadinya prefektur tak bergunung (山梨県).

Dari Toyohashi, Danau Kawaguchi memakan waktu sekitar 3 jam perjalanan dengan mobil, lewat tol. Oh ya, saya baru tahu dari perjalanan ini kalau harga tol disini sama dengan di Indonesia, tapi mata uangnya beda. Di Indonesia sekitar Rp5000-an gitu kan ya, tol dalam kota sih. Disini juga, tapi yen. Tol antar kota. Dan disini mobil nggak berhenti di gerbang tol, bayarnya gak cash, tapi entah otomatis (langsung debit begitu lewat) atau pascabayar  (tagihan datang ke rumah empunya mobil). Wah, kalau di Pasteur dipasang sistem ini, mantep kayaknya.

Peta jalur Toyohashi – Kawaguchiko (Belum tentu persis dengan jalur yg kami ambil)

Sebenarnya saya menjatuhkan pin beberapa kali di Google Map dan Apple Map saat perjalanan tersebut. Sampai saya akhirnya (barusan) sadar, bahwa pin yang dijatuhkan tersebut tidak disimpan. -.- Terus buat apa ada fitur drop a pin!!!

Okeh. Kami berangkat dari Toyohashi jam 5.30 tepat 7.30 kurang lebih. Sampai sekitar jam 10 atau 11 begitu. Perjalanan lumayan lancar, cuma dua kali berhenti di rest area tol untuk ke kamar kecil. Mungkin yang agak menegangkan adalah saat akan masuk jalur terowongan sesaat sebelum ke daerah Kawaguchiko. Kabut men… Tebal parah. Kayak naik pesawat di dalam awan. Serius ini! Jarak pandang paling cuma 10 meter. Sempat ragu kami, mau liat apa kalau kabutnya mengalahkan Kawah Putih gini.

Kabut di Jalan
Kabut di Jalan

Ajaibnya, setelah lewat terowongan yang mungkin menembus gunung naon yang cukup tinggi, tiba-tiba kami sampai di daerah terang benderang dengan pepohonan kuning merah di kanan kiri jalan. Seperti Narnia, lorong waktu, teleport, atau pesawat pasca turbulensi.

Pasca terowongan
Pasca terowongan

Setelah melewati pintu gerbang depan Fujikyu, lewat doang, kami pun ambil jaan yang melingkari si Danau Mulut Sungai ini. Lalu kami berhenti di suatu tempat yang saya juga gak tahu namanya apa.

Ini pemandangan di depan gedung, menghadap danau
Ini pemandangan di depan gedung, menghadap danau

Setelah mencari toilet lagi, kami pun berunding di depan ini gedung. Berunding mau naik wahana apa. Pilihannya waktu itu ada kereta gantung, bebek, sama perahu kenikmatan (pleasure boat). Kalau beli paket lebih murah. Namun, karena mengejar diskon rombongan kami akhirnya ambil yang kereta gantungnya saja. Bolak-balik bayar 560 yen, diskon grup 15 orang (pas jumlah kami waktu itu).

Sampai di atas, pemandangan yang ada sangat mengesankan. Bukan momiji-nya sih, tapi danaunya dan kota di bawahnya. Wah… Tentu momiji-nya turut membantu sebagai hiasan pernak-pernik merah kuning. Cantik.

Sampai di atas, terdapat semak-semak yang warnanya merah kuning. Cakep sekali, buat foto spot. Tentu saja, setengah jam kami mandek disana untuk foto-foto. Kadang memacetkan jalan orang juga.

Dari atas stasiun kereta gantung atas
Dari atas stasiun kereta gantung atas

Setelah beberapa menit riweh, kami pun menaiki tangga yang ada di depan. Apa yang ada di atas? 

Jadi di atas ada sebuah bangunan besar yang isinya adalah toko suvenir, lorong menuju toilet yang banyak vending machine-nya, dan juga jual makanan khas Jepang seperti teh hijau dan dango. Di sekitar gedung ini ada beberapa kuil Tanuki, patung beruang, vending machine meramal nasib, dan tempat mengantungkan harapan (kok istilahnya keren ya, menggantungkan harapan). Juga ada teropong untuk mengintip orang-orang di bawah, pakai koin 100 yen. Juga ada kameraman dan spot khusus untuk foto bareng gunung fuji. Selain itu, spot lain untuk foto-foto juga tak kalah bagusnya.

Oh ya, saya juga nyobain itu teropong 100 yen satu menit. Ini adalah potret Fujikyu dari ketinggian. Yang belum tahu Fujikyu, katanya si JKT48 kesini pada nangis semua. Maklum, roller coaster-nya super ekstrem, 4 dimensi gitu. Note: saya tidak mengikuti JKT48 dan belum pernah naik roller coaster manapun.

Kerjaan kami disana apa? Ya foto-foto. Makan dango. Foto-foto.

Oh ya, sebenarnya dari sini bisa liat Gunung Fuji, yang harusnya sih sangat indah. Cuma waktu itu ketutupan matahari. Silau. Jadi gunungnya cuma keliatan kayak gini nih…

Gunung Fuji
Gunung Fuji

Setelah capek berfoto ria di tempat yang cukup kecil tersebut (sebenarnya di sebelah selatan sana bisa masuk ke hutan momiji, tapi saya gak ikutan, soalnya lagi beli dango -.-), kami pun turun. Ishoma, ceritanya. Di tempat parkir tentu. Mau di parkiran yang sepi di gedung sebelah, pojokan deket hutan, eh kagak boleh. Hm.. Terpaksa sempit-sempitan di samping mobil.

Kami makan siang di taman di pinggir danau. Masing-masing bawa bento sendiri-sendiri tapi jumlahnya dibanyakin. Jadi bisa tukeran nyicip makanan yang lain. Eh, malah pada bawa ayam semua lha… Variatif sih, tapi dasarnya ya ayam.

Oh ya, berikut adalah foto panorama dari Danau Kawaguchi, diambil dari taman tersebut.

Panorama Danau Kawaguchi
Panorama Danau Kawaguchi

Setelah makan, kami ingin berkeliling ini danau (di jung kanan sana tuh, yang banyak pohon momijinya). Cakep kayaknya merah kuning. Lagi-lagi foto-foto. Namanya juga jalan, jalan.

Momiji!
Momiji!

Eh, sampai disana ada tukang boat. Lihat-lihat, ditawari 1000 yen per orang, ntar dikasih servis yang tadinya rutenya dikit (rute B) jadi lebih panjang (rute D). Sudah kadung jalan-jalan, sayang gak dipuaskan kan. Akhirnya perahu boat cepat tersebut diisi sesak oleh 12 orang dewasa dan 2 anak-anak, belum termasuk supir.

Peta rute boat dan biayanya
Peta rute boat dan biayanya

Perahu besar tersebut pun melesat. Seru juga… Lautnya keren. Dan kalau jendela di buka, wuzzz… Asyik banget. Namun, agak bohong juga tu tukang boat-nya. Katanya sejam itu rute. Eh, cepet banget ternyata. Ya, perahu cepat sih.

Kadang-kadang perahunya melakukan belokan tajam. Terkena ombak, perahu pun turun naik, plus belokan yang mengerikannya. Si Mai sampe teriak-teriak ketakutan dan memeluk diriku erat tak mau melepas genggamannya.

Begitulah perjalanan saya minggu ini. Dan pada setiap perjalanan, pasti ada akhir pula. Kami pun pulang ketika sunset menjelang, setelah foto bareng yang memakan waktu lama dan ajakan yuk pulang yang terus diutarakan tapi entah kenapa sepakat ditunda-tunda tanpa harus berdiskusi.

Momiji Fuji Kawaguchiko
Momiji Fuji Kawaguchiko

Terima kasih sudah membaca/liat-liat fotonya sampai bawah sini. Sampai jumpa di jalan-jalan saya minggu depan. Baca juga ya :D. Kalau bisa komentar juga. Yang aneh juga gak papa kok, asal bukan spam.

Tinggalkan Balasan