• Menu
  • Menu

Kobe: Harborland, Bianglala, dan Museum Kapal

Di pantai pelabuhan kobe, kita bisa pemandangan kapal lewat, atau naik menara dan komedi putar.

Rencana awal kami ke Kobe adalah berangkat jam 7 (dari tempat menginap di Osaka) dan berkeliling disana hingga siang (jam 12an). Mungkin karena matahari lagi datang bulan suka molor, kami akhirnya berangkat pukul 8 lewat. Maklum, semalam ngubek-ubek situs perhotelan buat menginap nanti malam dan besok malam dan kemudian berkeliling cari makan di pusat keramaian Osaka, Namba, sehingga tidur agak malam (standar sih sebenarnya, jam 11-an). Hotel Taiyou tempat kami menginap ini pun walau ada AC juga tetap dingin. Jadi agak tidak rela meninggalkan tempat tidur.

Osaka-Kobe dari stasiun Osaka hanya memakan waktu setengah jam. Hanya saja, dari Hotel ke stasiun Osaka kami harus berdiri di kereta jalur lingkar Osaka selama 20 menitan. Sebenarnya persis di sekitar Hotel Taiyou ada Kebun Binatang Tennōji, tapi tutup. Memang banyak tempat wisata yg tutup di minggu pergantian tahun ini. Kami sampai di stasiun Kobe sekitar pukul 9 pagi.

Tujuan pertama kami adalah bay alias pantai. Kebanyakan orang ke Kobe mau liat kapal. Kami juga. Jikalau otomotif buatan Jepang di dunia pasti lewat pelabuhan Toyohashi, hal yang baru di Jepang (dahulu) pasti berawal dari Kobe. Kobe adalah kota pelabuhan yang dikelilingi gunung. Jarak pantai ke gunung hanya 1-2 km (katanya). Kota ini pernah jadi pelabuhan tersibuk di dunia pada tahun 1970-an hingga akhirnya dihantam gempa tahun 1995. Karena kota pelabuhan yg cukup aktif semenjak dahulu, semua barang impor (dan budaya impor) dari luar Jepang pada zaman dahulu diadaptasi lebih awal oleh kota ini.

Jalan menuju Kobe Harborland dari Stasiun Kobe sudah sangat terrancang. Dari stasiun sudah ada tangga lebar menuju jalur bawah tanah yang ada tulisan gede-gede Kobe Harborlan. Jalur jalan kaki bawah tanah ini pun amat sangat luas sekali (dan panjang tentunya). Waktu itu masih sangat sepi. Mungkin kami pelancong pertama yg bangun.

Panorama Kobe Harborland
Panorama Kobe Harborland

Berjalan sebentar, kami langsung mendapati Harborland. Karena lewat basement nggak seru (dan mengganggu GoogleMap) kami lebih memilih lewat jalan luar. Jadi bisa terlihat dimana sih laut. Harborland memang tidak seperti pantai dengan pasir putih dan orang berenang. Namanya juga pelabuhan! Jadi ya, tempat kapal bersandar. Ada kapalnya!! (nggak sebesar yg saya bayangkan tapi) Selain pelabuhan Harborland juga dikelilingi oleh bangunan-bangunan menarik, taman bermain, museum, hotel mewah, dan menara Kobe.

Masuk Harborland gratis. Ya iya lah, ini bukan sejenis Disneyland atau Ancol gitu, bukan. Cuma ya, pelabuhan, yg isinya banyak situs-situs menarik berkumpul disana. Liat laut aja juga udah menenangkan hati sih. Hhahh….

Kapal Concert
Kapal Concerto

Yang diatas ini kapalnya namanya CONCERT. Kayaknya sih bisa dinaiki walaupun kapalnya nggak jalan. Cuma icak-icak jadi orang kaya gitu, intip-intip daleman kapal pesiar. Namun, kami males bayar jadi tidak mencari tahu beneran bisa dinaiki atau tidak ini kapal. Ada juga kapal lain yang bisa dinaiki dan berkeliling pantai sih, cuma kami keburu kehabisan waktu (dan males bayar).

Disini juga ada taman bermain. Ada bianglalanya juga… Saya agak bertanya-tanya, kenapa namanya bianglala ya? Biangnya Lala? Yang membuat ulah sehingga benda itu ada adalah Lala. Diakah biang keroknya?

Tahukah Anda, kata biang di KBBI punya 5 arti yg berbeda. Wow, lima gan! Arti yg pertama adalah kepala, asal muasal, atau pangkal. Dan Lala adalah nama teman saya siput, kalau dalam KBBI (saya juga baru tahu). Bayangan saya mungkin bentuknya kayak cangkang siput kali ya makanya si Ferris Wheel alias komedi putar (nggak lucu sih, ups, yg benar adalah komidi ya) ini disebut bianglala dalam bahasa Indonesia. Mungkin.

Ngomong-ngomong, bianglala itu juga berarti pelangi loh (malah di kamus cuma tercatat arti ini). Kenapa ya? Lalu, apa hubungannya dengan lala kita ini? Saaa….  [1][2] Atau mungkin, bentuk si pelangi mirip jejak jalur yg ditinggalkan lala si siput.

Bianglala sering dijumpai di pasar malam. Saya beberapa kali naik. Cupunya, teman seperjalanan saya belum pernah naik satu kali pun. Ke pasar malam juga belum pernah, haha… Ngapain aja dik… Belajar mulu? Terpaksa deh, harus mencoba kali ini, biar pernah dia. Saya juga lagi kangen sama lala bianglala.

Harganya 800 yen per orang. Ketinggian Bianglala Kobe ini 50 meter. Satu keranda bisa dinaiki maksimum 4 orang.

Selain ketinggian dan harganya, yang membedakan lala disini dengan lala di pasar malam adalah ketenangan. Yah, ini pertama kalinya saya naik bianglala selain pasar malam (dan ancol). Nggak serem euy… Kecepatan juga konstan. Kalau yg di pasar malem, gerak dikir udah goyang-goyang. Kecepatan ada lambat ada cepat. Dan saat turun, bikin serr jantung dan kandung kemih. Lala merah ini tenang, damai. Pindah-pindah juga keranda masih stabil. Kami bisa menikmati pemandangan dan tukar posisi dengan nyaman. Bahkan si Sidik yg pertama kali naik saja tidak begitu histeris (tidak begitu = ada sedikit).

Panorama Dari Ujung Pelabuhan
Panorama Dari Ujung Pelabuhan

Di sebelah bianglala ada taman bermain Anpanman. Penasaran juga gimana isinya, kami tidak masuk. Kayaknya untuk anak-anak… Dikejar waktu juga, masih banyak situs Kobe yg dikejar. Rencana awal kan jam 12-an sudah kembali ke Osaka, mau lihat Gunung Tempozan, gunung terkecil di Jepang (cuma 4.5 meter).

Sebelum pindah ke situs selanjutnya, kami memutuskan untuk mengunjungi Menara Kobe di sebelah sambil menyusuri pelabuhan. Di toko oleh-oleh, ada yang jual air minum mineral dengan bentuk Menara Kobe ini. Isinya cuma 200mL (setara Aqua gelas, tapi ini botol). Bentuknya sih, cekung di tengah. Yang salah arsiteknya tuh, ngerancang menara kok kayak gitu. Kalau dijadikan botol Aqua kan kapasitasnya dikit jadinya! Huh…

Menara ini ada 5 tingkat. Sampai lantai 3 bisa diakses dengan gratis. Tentu saja, kalian sudah bisa menebak bahwa kami hanya mengakses yg gratis-gratis saja. Masuk sampai ujung area gratis sih biasa aja kayaknya… Nggak tahu kalau liat dari atas. Masih asyikan naik lala tadi sih kayaknya, lebih tinggi.

Ngesot ke samping sedikit ada Taman Meriken dan Museum Maritim. Saya nggak tahu tamannya yg mana (kayaknya semuanya taman deh) dan museumnya tutup pada saat pergantian tahun ini. Museumnya bentuknya asyik, kayak rumah gadang.

Panorama Museum Maritim dan Meriken Park
Panorama Museum Maritim dan Meriken Park

Kami hanya melihat kapal-kapal unik yang dipajang di luar. Karena waktu kami sedikit (sudah jam 12 gan!), hanya Yamato saja yg saya foto. Yang lain cuma liat sekilas…

Kapal Yamato ini dipajang paling dekat dengan Kobe Tower. Kapal ini digerakkan oleh magnet super kuat katanya. Makanya bentuknya unik gini, biar magnet bisa menjalankan kapal (mendorong air) dan tidak mengenai penumpang.

Dan ini, rudal merek Kawasaki. Eh, bukan peluru kendali ding. Bukan peluru. Dan bukan dikendaliin juga. Apa hayo?

Menurut petunjuknya, kelebihan paling menonjol benda di bawah ini adalah bisa docking otomatis, tanpa bantuan manusia! Jadi bisa balik ke tempat peluncuran sendiri, balik kandang mandiri. Pinter ya… Kayak kucing.

“Rudal” Merek Kawasaki

Setelah itu kami pun beranjak dari Harborland menuju Shin-Kobe Ropeway. Tidak kembali ke Stasiun Kobe (karena udah agak jauh ngesot kami dan backtracking itu kurang seru). Kami mencari stasiun subway terdekat (yg juga jauh). Jalan disini asyik. Jalur pedestrian mengangkasa… Sampai jauh, tingkat dua semua… Bukan cuma jalan kendaraan aja yang highway.

Oh ya, saat jalan kami nemu ini nih. Jalan tol tingkat dua. Lucu aja liatnya… Dua-duanya jalan dilewati mobil loh… Kebayang, ntar kalau di-eksten lagi ke atas gimana… Misal satu jalur kereta, dua jalur mobil, satu jalur motor dan pejalan kaki. Seru kayaknya… Perlu nih, Jakarta…

Jalan tol di atas jalan tol
Jalan tol di atas jalan tol

SELANJUTNYA: Shin-Kobe Ropeway dan Nunobiki Herb Garden


Catatan Blog

[1]. ^ Saaaa… Artinya “entahlah” atau ungkapan tidak tahu (dan mungkin tidak mau tahu) dalam bahasa Jepang.

[2]. ^ Melihat gaya bercanda penulis blog ini, yg geje, nyeleneh, gak nyambung, dan cuma bakal dimengerti segelintir orang, dia bakal menyisipkan tulisan seperti ini disini. “Mungkin karena sama-sama perhiasan indah di langit.” Namun, tentu saja kalimat itu selain membingungkan juga terlalu <isi_sendiri> bagi yg mengerti referensinya, jadi dihilangkan oleh blog ini. Ehm, nggak sih, bahkan bagian ini adalah sebab ketidakmampuan penulis menahan hasrat menggeje itu. Saya yg cuma blog, kanvas untuk menulis, tentu tidak bisa apa-apa.

Liburan Musim Dingin: Kansai

Artikel ini adalah bagian dari seri perjalanan kami saat musim dingin ke daerah Kansai, menggunakan tiket 18 kippu di Jepang. Berikut adalah keseluruhan perjalan tersebut.

  1. Kyoto: Arashiyama di Musim Dingin
  2. Kobe: Harborland, Bianglala, dan Museum Kapal
  3. Kobe: Shin-Kobe Ropeway dan Nunobiki Herb Garden
  4. Osaka: Makan Malam ala Xinjiang di Muqam dan Tabehoudai Bagus Resto
  5. Pusat Perbelanjaan Namba ~ Ternyata Jepang Bisa Kotor Juga
  6. Osaka Aquarium Kaiyukan dan Lagi-lagi Bianglala-la
  7. Tiga Penginapan Berbeda saat Liburan Musim Dingin: Kansai
  8. Enam Jam Berjalan Kaki Keliling Nara
  9. Kyoto: Fushimi Inari Taisha di Tahun Baru
  10. Kyoto: Kiyomizu Temple, Kuil Tanpa Paku Pun Sebatang

Tinggalkan Balasan

1 comment