• Menu
  • Menu

Osaka: Makan Malam ala Xinjiang di Muqam dan Tabehoudai Bagus Resto

Restoran halal di Osaka yang kami kunjungi adalah restoran ala Xinjiang ini dan restoran Indonesia Bagus. Enak mantab…

Hari pertama perjalanan 18-Kippuan Fuyu Yasumi kami ke Kansai. Malam itu kami syok sekali saat mengetahui bahwa kami salah tanggal saat memesan Hotel Taiyou Osaka. Karena mbak-mbaknya baik, kami dapat juga kamar double non-smoking cadangan dg harga yg agak lebih mahal dari pesanan kami. Setelah menghabiskan waktu istirahat untuk mengupas expedia, agoda, dan japanica habis untuk mengamankan tempat menginap untuk hari berikutnya (dg memesan dua hotel lain), kami pun sadar bahwa kami lapar.

Sambil nyari hotel, saya menghujani om-gle dengan pertanyaan “restoran halal Osaka.” Pranala paling dapat diandalkan adalah situs Masjid Osaka: Halal Restaurants in Osaka. Dengan pertimbangan transportasi dan kedekatan dari hotel, serta lokasi restoran (pengen jalan-jalan sekalian kan), kami memilih ke daerah Namba. Ada restoran halal bernama Muqam di 2-2-8 Dotonbori, Chuou-ku, Osaka. Katanya sih makanan ala Xianjiang. Ini situsnya muqam.pepper.jp.

Dari hotel, kami cukup ngesot sedikit lewat subway sekitar 10 menit, 2 stasiun, 200 yen (agak sayang sih sebenarnya, harus bayar, karena bukan JR [kami kan jalan2 pakai tiket 18-Kippu yg bisa naik kereta JR manapun]). Keluar di Exit 25, jalan 1 menit eh sampai.

Restoran Xinjiang Muqam, Namba
Restoran Xinjiang Muqam, Namba

Masuk, agak sepi. Beberapa detik setelah pintu masuk bergerincing mbak-mbak pun keluar dari dapur. Begitu melihat kami – entah tahu darimana – mbaknya mengucapkan salam: assalamu’alaikum. Kami pun duduk dan ditawari mau menu yg bahasa Inggris atau Jepang. Dan kami akhirnya dikasih dua-duanya (karena ada makanan yg di buku menu bahasa Jepang nggak tercantum).

Namanya restoran, mahal. Bahkan untuk ukuran Jepang, apalagi kalau di-kurs-kan ke rupiah. Setelah pertimbangan ini-itu, kami memilih yg timbal baliknya paling imbang. Nasi goreng (atau sejenisnya). Karena makan nasi goreng doang gak seru, kami pun memesan lauk tambahan: sup daging dan sejenis sate kambing rekomendasi mereka (apa ya, lupa saya namanya). Sate ini 400 yen satu porsi (2 tusuk). Bentuknya lihat di bawah… Tusuknya besi gan…

Tentu saja biar murah saya pesan sup satu, sidik pesan sate satu… Total biaya yg kami keluarkan waktu itu sekitar 1300 yen.

Nasgor, Sup, dan Sate (bukan nama asli)
Nasgor, Sup, dan Sate (bukan nama asli)

Restoran Muqam ini tempatnya dekat jalan besar, cuma harus masuk gang sedikit (15 meter lah). Lumayan tenang dan waktu itu sepi. Interior dalamnya sih asyik dengan hiasan-hiasan kain yg cantik. Sambil menunggu makanan, kami pun dibuat terheran-heran dengan benda cantik yg teronggok di meja, nggak tahu itu apa. Setelah mbaknya melihat kami begitu kagum memegang-megang benda itu, sambil tersenyum beliau mendemonstrasikan. Tempat tusuk gigik dong…

Makanannya super duper enak loh. Apalagi si yang mirip sate tadi (lupa namanya, Khubab? Bukan Kebab yang jelas). Setelah makan dan sedikit ngobrol dengan mbak-mbaknya dan minta foto bareng kami pun jalan-jalan di sekitar Namba. Hanya jalan-jalan saja, nantikan ceritanya.

SELANJUTNYA: Pusat Perbelanjaan Namba, Osaka – Ternyata Jepang Bisa Kotor Juga


Hari kedua perjalanan. Bertolak dari Kobe sekitar pukul 3 siang, kami kelaparan. Belum sarapan dan makan pagi gan. Laper parah. Perjalanan Kobe-Osaka adalah sekitar 30 menit. Tadinya kami ingin cari makan di Kobe saja. Tanya ke om-gle katanya ada restoran halal di sekitar Masjid Kobe. Lumayan kan sekalian liat masjidnya kayak mana. Namun, ternyata transportasi kesana nggak ada dari Kobe Ropeway Nunobiki Herb Garden. Jalan capek. Jadi kami langsung berangkat ke Osaka deh, cari restoran Indonesia.

Juga menurut situs Masjid Osaka, terdapat restoran Indonesia di daerah Nakatsu dekat stasiun Kobe. Karena kayaknya mudah dijangkau, kami pun langsung kesana. Dari stasiun Sannomiya (Kobe) ke Osaka, kami harus pindah ke stasiun bawah tanah Umeda untuk pergi ke stasiun Nakatsu. Restoran Salam namanya, kayaknya 10 menit dari stasiun Nakatsu.

Ternyata pindah dari Stasiun Osaka ke Stasiun Bawah Tanah Umeda bukan hal yang mudah. Keluar stasiun, liat panah petunjuk, terjun dari lantai tiga langsung ke lantai bawah tanah via ekskalator super tinggi, dan akhirya nyasar bok kami… Jalur bawah tanahnya, wuih… Membingungi, entah mana utara dan selatan. Padat penduduk lagi…

Padahal menurut peta mereka berdua itu sebelahan loh. Patut di catat bahwa sekitar gedung stasiun Osaka ini adalah gedung stasiun semua. Jadi, terdapat 5 sampai 6 gedung yang statusnya gedung stasiun! Belum lagi rantai jalur jalan kaki bawah tanah yg rumit. Arrghhh…

Meskipun frustasi, kami tetap bertanya-tanya: kapan ya di Indonesia ada kayak ginian. Ini gedung stasiun loh… Dan ada enam biji seperti ini, sebelahan!

Salah satu dari lima/enam gedung Stasiun Osaka
Salah satu dari lima/enam gedung Stasiun Osaka

Akhirnya kami sadar, lebih mudah bermanuver di udara bebas dibanding di jalur tikus. Om-gle Map juga bisa nyala di atas tanah. Setelah tambahan 15 menit nyasar (akibat ada banyak gedung berstatus stasiun), kami nemu juga stasiun subway Umeda. Kami pun langsung ngesot ke Nakatsu, cuma satu stasiun doang. Dua menit. Lebih lama nyasarnya…

Di daerah Nakatsu, kami juga nyasar 15 menitan mencari itu Restoran Indonesia Salam. Dengan bantuan Om-gle Map juga, akhirnya kami menemukan Toyo Building tempat restoran itu bernanung. Namun, yang kami temukan bukan Resotran Salam melainkan Bagus.

Kadung lama dan laper, toh itu restoran Indonesia juga, kami pun masuk. Waktu menunjukkan pukul 4.30 sore. Kami pun disambut dengan muka jawa yang familiar. Mereka langsung menghidupkan mode bahasa Indonesianya.

Restoran Bagus, Nakatsu, Osaka
Restoran Bagus, Nakatsu, Osaka

Mas Bagus sudah delapan tahun berbisnis restoran di Jepang. Beliau dan beberapa teman Indonesianya sedang sibuk memasak sesuatu. Di tembok, tertempel daftar makanan yang sangat familiar dengan harga standar Jepang, di atas 800 yen lah. Sambil bercakap-cakap dengan orang Indonesia yg ketemu di negeri mentari terbit, kami pun mulai mikir, mau beli apa.

Mas Bagus bertanya “Udah tahu kan? Nggak bisa mesen lagi… Loh belum tahu ya?” Ternyata hari ini adalah hari terakhir mereka berjualan di tahun ini. Dua hari lagi tahun baru, restoran ini mau liburan dulu. Hari ini sebenarnya nggak buka, mereka sedang menyiapkan pesta akhir tahun untuk pegawai dan teman-teman Indonesia mereka. Makanya sekarang sibuk masak…

Waduh. Namun, Mas Bagus menawarkan… “Tapi kalian lucky nih. Gimana kalau Tabehoudai aja bareng kami… 2000 yen per orang. ” Tabehoudai adalah istilah makan sepuasnya. Tabehoudai 2000 yen sebenarnya super mahal parah. Sidik pun sampai agak ragu. Apalagi, ntar mengganggu pesta mereka nggak enak juga. Tu orang (sidik) emang suka gak enakan gak jelas, padahal kan Mas Bagusnya sendiri yang nawari. Saya sih oke aja. Toh, sekali makan habis sekitar 1000 yen dan ini bisa dihitung dua kali makan. Makan siang dan makan malam.

Agak nego dikit dengan Sidik dan mengingat perjalan-jalanan kami harus dilanjutkan, kami pun menerima tawaran itu. Hanya saja, masakannya belum siap semua. Masih keluar separoh, kan pesta dimulai jam 5. Mau nunggu sampai jam 5 takut teman-temannya Restoran Bagus sudah datang dan matahari pun mulai tengelam. Kami ingin ke Aquarium setelah ini. Jadi yah, kami habisi saja makanan yang ada.

Yang sudah siap waktu itu ada sate tiga versi (nggak tahu apa aja). Ada bakwan. Ada tempe kecil tapi uenak. Ada seafood juga. Ada telor juga tapi saya nggak nyoa karena agak males makan telor. Makanan utamanya sih nasi goreng. Ada sup sayuran juga. Kami sih nggak sadar waktu itu, hanya menunya agak mirip dengan makanan yg kami pesan di Muqam (saya baru sadar saat menulis artikel ini).

Makan 2000 yen sepuasnya tapi nggak boleh dibungkus. Hmm… Repot juga. Harus dimaksin supaya nggak rugi. Juga supaya nggak perlu makan malam lagi. Jadi saya makan tempe banyak-banyak. Sidik, seperti biasa malu-malu. Padahal kami sudah bayar dan sudah selayaknya dianggap customer kan.

Sekitar pukul 5-an, ada beberapa orang Jepang yang datang. Afiliasi si Mas Bagus mungkin. Mereka makan bersama kami di meja sebelah. Saat kami mau pamit, orang Jepang pun memberikan kami kopi milik perusahaan mereka. Perusahaan Malaysia rupanya, ada logo halalnya. Entah mau dijual disini atau gimana saya juga kurang paham. Kalau ada respon, tolong dikasih tahu katanya… Lumayan lah, kopi gratis.

Dari sini, hari sudah senja. Namun, semangat jalan-jalan kami belum padam. Kan habis makan. Kami belum banyak mengitari Osaka. Kami langsung pergi ke pusat wisata yg cukup bagus di Osaka yang tetap buka walau hari telah gelap. Aquarium Indoor Kaiyukan. Super-duper keren!

SELANJUTNYA: Osaka Aquarium Kaiyukan dan Lagi-lagi Bianglala-la

Liburan Musim Dingin: Kansai

Artikel ini adalah bagian dari seri perjalanan kami saat musim dingin ke daerah Kansai, menggunakan tiket 18 kippu di Jepang. Berikut adalah keseluruhan perjalan tersebut.

  1. Kyoto: Arashiyama di Musim Dingin
  2. Kobe: Harborland, Bianglala, dan Museum Kapal
  3. Kobe: Shin-Kobe Ropeway dan Nunobiki Herb Garden
  4. Osaka: Makan Malam ala Xinjiang di Muqam dan Tabehoudai Bagus Resto
  5. Pusat Perbelanjaan Namba ~ Ternyata Jepang Bisa Kotor Juga
  6. Osaka Aquarium Kaiyukan dan Lagi-lagi Bianglala-la
  7. Tiga Penginapan Berbeda saat Liburan Musim Dingin: Kansai
  8. Enam Jam Berjalan Kaki Keliling Nara
  9. Kyoto: Fushimi Inari Taisha di Tahun Baru
  10. Kyoto: Kiyomizu Temple, Kuil Tanpa Paku Pun Sebatang

Tinggalkan Balasan